Jumat, 04 Januari 2013

Batik Tulis atau Batik Tangan??

Membedakan macam-macam batik itu gampang gampang sulit, gampang bagi ahlinya sulit untuk orang awam hehe. 

Kali ini saya akan bercerita tentang batik yang akhir akhir ini marak diproduksi dan diperjualbelikan baik di pasar batik 17 agustus maupun secara online. Si bapak pengrajin menjualnya dengan nama batik tulis tapi saya perhatikan dengan teliti seperti bukan tulis setelah saya desak dengan pengetahuan batik saya pada akhirnya beliau mengatakan itu batik “TOK” hmmm apa itu batik tok?

Menurut mereka itu buatan tangan jadi tetep tulis hehe jadi harus diterjemahkan yang tepat apa yang disebut batik tulis, cap, textil bermotif batik (printing) atau ada istilah baru “Batik Tok” “Batik Tangan”. Menurut saya pribadi sih itu masuk batik cap :D
Tok = bagian motif titik titik kecil putih membentuk motif daun

Yang disebut batik “Tok” itu tetep batik yang proses pembuatannya menggunakan lilin malam dan seterusnya seperti batik biasanya. Hanya saja tidak dicanting dengan canting tradisional tapi menggunakan alat paku yang dibentuk menjadi sebuah motif sederhana yang dibentuk dengan cara memaku ke kayu atau bisa juga dilas. Bisa dibayangkan ya...kayu dipaku dengan susunan yang membentuk desain motif tertentu. 

Tok = bagian pinggiran bawah berupa titik titik putih yang membentuk motif garis, bunga dan melingkarTok = bagian pinggiran bawah berupa titik titik putih yang membentuk motif garis, bunga dan melingkar


Tok = titik-titik putih motif daun dan pinggiran bawah

Alat ini langsung aja dicelupkan ke lilin dan di “tok”kan ke kain mori, biasanya sebagian di”tok” dan sebagian dicanting jadi orang awam gak akan tau itu bukan batik full tulis. Saya tidak tau apakah pengrajin-pengrajin ini sengaja menipu calon pembelinya demi keuntungan semata ataukah ada maksud lainnya. Tentu saja saya gak berburuk sangka hanya saja melihat betapa si penjual/pengrajin ini mempertahankan bahwa itu batik tulis yang malah membuat saya sulit menghilangkan pikiran buruk di otak saya :( *maafkan saya bapak pengrajin.

Tok = bagian pinggiran bawah berupa titik titik putih yang membentuk motif garis, bunga dan melingkar

Sebelum saya menulis ini saya juga bertanya-tanya pada beberapa orang pengrajin lainnya untuk mencari tau apa bener dugaan saya. Semakin kuat saja dan menjadi sebuah kenyataan pahit jika tau mengapa sebagian pengrajin ini melakukan cara itu.

Ini motif Car Pacaran, dulu banyak yang suka sekarng dibuat tok itu bagian titik-titik putih membentuk motif car pacaran (daun pacar) 


Harga dan persaingan yang sangat ketat dan gak ada perlindungan dari pemerintah atau tokoh-tokoh batik yang berpengaruh di kota Batik ini yang saya duga sebagai latar belakang timbulnya “Batik TOK” ini. Kenapa??

Dengan menggunakan media paku yang dibentuk motif bisa mempercepat waktu kerja yang secara langsung akan bisa menekan biaya produksi. Pastinya akan dijual lebih murah daripada batik yang full tulis dan itu kenyataannya. Sangat disayangkan kondisi ini terjadi tapi saya sangat bisa memaklumi kenapa para pengrajin ini melakukan hal ini. Terlalu banyak orang yang menggantungkan hidup mereka pada batik di Pamekasan. Desain yang baru keluar dan laku keras pasti akan ditiru dan produksinya membludak, tentu saja harga akan anjlok....ini prinsip ekonomi dasar. Industri kreatif harus selalu bergerak menghasilkan motif-motif baru tapi kalo baru aja ngeluarin motif baru langsung ada yang jiplak dan menjualnya lebih murah ya lama kelamaan lelah juga. Menyedihkan :( . Motif dipatenkan?? Ah percuma saja, tetep aja akan ditiru, mau dituntut secara hukum?? hanya akan menyita energi dan waktu. Bagaikan makan buah simalakama kan?

Tau gak pengrajin-pengrajin yang bener-bener pengrajin itu hanya mendapat keuntungan berkisar 2.500 – 10.000 saja? Itu aja kalo laku secara penjual di pasar batik di Pamekasan seabreg gubreg dengan saingan yang banyak tentu mereka harus memutar otak agar produknya laku. Miris kan?? Dengan dibuat batik TOK mereka bisa menjual batiknya dengan harga lebih murah.

Sebenarnya kondisi ini gak akan terjadi kalo saja ada sebuah komunitas atau paguyuban yang tentunya dibawah binaan pemerintah yang tugasnya mengumpulkan dan menorganisir pengrajin dan pedagang batik ini, mengatur harga jual minimal batik jadi gak akan terjadi saling sikut antara pengrajin. Alangkah baiknya jika ini bisa disosialisasikan sehingga kesejahteraan pengrajin terjamin.

Tentu saja tidak semua pengrajin membuat "batik tok" ini, masih ada juga pengrajin yang memegang teguh idealisme dalam membatik. Harga jual memang mahal tapi bener-bener sebuah karya seni yang indah, warisan budaya yang sangat membanggakan.

Ini hanya pendapat saya sebagai pecinta batik madura terutama Pamekasan, selama ini saya membantu pemasarannya,  memberi komisi pada pengrajin disetiap akhir bulan puasa tapi mohon maaf sejak penjual online saling menjatuhkan harga saya gak sanggup lagi melakukan itu. Cukup bisa bertahan dan tidak memecat karyawan saya sudah alhamdulillah banget. Menjaga nama baik, menjaga kualitas, selalu jujur dan amanah. Insya Allah jika kita lakukan itu rejeki akan datang dan barokah...aminn :)

Segala sesuatu pasti ada efek positif dan efek negatif, kemajuan tekhnologi, internet, Facebook, BlackBerry, dan semakin terkenalnya batik madura membawa kedua efek tersebut. Bagaimana caranya kita usahakan menekan efek negatifnya agar tidak menggerus efek positif yang ada.

Sekian.

4 komentar:

  1. wah... Salut... Insya Alloh kejujuran bisa bikin usaha lancar...

    BalasHapus
  2. Trimakasih, kejujuran sangat penting dalam berdagang :)

    BalasHapus
  3. mantab mbak, niat yang tulus jadi berkah, ngomong-ngomong kalau pesan banyak di discount ndak ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih, ambil banyak diskon dong. Contact saya di 082330510887 ya :)

      Hapus